Kenapa Lulusan SMP Bisa Lebih Sukses dan Lebih Makmur dibanding Lulusan S1 dan S2?
Berikut ini Kutipan Kuliah WA dari pak Iwan Novarian:
http://www.ambon.go.id/wp-content/uploads/2014/06/UN-SMP.jpg
http://www.ambon.go.id/wp-content/uploads/2014/06/UN-SMP.jpg
Ada
anak ndeso lulusan SMP bernama Darmanto, yang kini jadi national
internet expert dan berkantor dari rumahnya di desa Kranggil, Pemalang.
Yang kedua, Afidz, lulusan SMP yang jadi juragan soto Lamongan dan
bertekad segera mengumrohkan orang tuanya ke tanah suci.
Di
sisi lain, kita acap melihat anak muda lulusan S1 bahkan S2 yang masih
menganggur. Atau juga sudah bekerja namun dengan penghasilan pas-pasan.
Bulan masih tanggal 9, gaji sudah habis. Pening deh kepala.
Pertanyaannya
: kenapa bisa begitu? Kenapa anak lulusan SMP bisa lebih makmur
dibanding lulusan S2? Sajian pagi ini akan menelisiknya dengan gurih dan
merenyahkan.
Memang tak jarang kita melihat
pemandangan yang paradoksal seperti itu : saat orang-orang yang hanya
lulusan SMP bisa begitu sukses, sementara ribuan sarjana S1 dan bahkan
S2 mengeluhkan tentang penghasilannya yang katanya tidak mencukupi.
Ketika saudaranya yang masih dalam lingkup satu institusi dinaikkan
sementara saudara lainnya tidak naik. Gelombang protes muncul
dimana-mana. Muncul istilah-istilah yang terkadang membuat kening ini
berkerenyut. Anak Tiri, Bawang Merah – Bawang Putih atau istilah lainnya
yang membuat kita tersenyum sendiri.
Setidaknya
ada tiga elemen kunci yang barangkali bisa menjelaskan ironi getir
semacam itu. Yaitu : The Power of Kepepet , The Darkness of Gengsi dan
The Magic of Street Smart.
Faktor # 1 : The Power of Kepepet.
Mungkin
orang-orang lulusan SMP itu bisa sangat sukses karena faktor kepepet.
Justru karena kepepet, mereka sukses. Justru karena kepepet, mereka
dipaksa melakukan something yang membuat mereka bisa melenting.
Sederhana
saja, ijasah mereka hanyalah lulusan SMP. Dengan ijasah SMP, perkerjaan
bagus apa yang bisa diharapkan? Tak ada pilihan lain : jika mereka
ingin mengubah nasib lebih makmur, pilihannya adalah melakukannya dengan
jalan merintis usaha sendiri.
Mereka dipepet oleh keadaan : mau hidup miskin selamanya (karena sulit dapat kerja dengan hanya
mengandalkan ijasah SMP) atau nekad membangun usaha sendiri yang berpotensi sukses besar.
Orang
dengan ijasah S1 dan S2 mungkin tidak punya faktor kepepet seperti itu :
ah, santai saja toh nanti saya pasti dapat pekerjaan. Dan begitu sudah
dapat pekerjaan (meski dengan gaji seadanya), tetap tidak ada “faktor
yang me-mepet” dirinya : ah meski gaji segini kan saya bisa tetap hidup
oke.
Pelan-pelan, perasaan semacam itu
membuatnya masuk ZONA NYAMAN (COMFORT ZONE). Dan persis disitu, faktor
kepepet menjadi mati. Itulah sebabnya tidak banyak PNS yang berani
Resign untuk mengambil keputusan besar meraih kesuksesan YANG LEBIH
BESAR. Karena COMFORT ZONE telah merasuk kedalam jiwa dan sanubarinya
yang paling dalam. Jadi PNS saja sudah alhamdulillah. Gak usah
neko-neko. Nggolek dunyo gak ono entek e. Nek metu juga durung karuan.
Nek gak nduwe duit yo nyilih koperasi sih entuk. Bank-Bank juga gelem
karo SK PNS kok. He he he he... Hidup itu pilihan. Itulah bahasa
penolakan yang sering kita dengar.
Padahal
seperti yang kita lihat, faktor kepepet justru yang bisa memaksa orang –
bahkan lulusan SMP sekalipun –untuk melakukan something extraordinary.
Kepepet karena tidak banyak pilihan mungkin bukan kutukan. Ia justru
berkah terselubung yang bisa membuat orang menapak jalan kesuksesan.
Faktor # 2 : The Darkness of Gengsi.
Orang-orang
lulusan SMP mungkin tidak lagi punya gengsi. Lhah cuman lulusan SMP,
apa lagi yang mau dipamerkan. Namun justru karena itu mereka tidak
merasa rikuh untuk memulai usaha dari bawah sebawah-bawahnya : mulai
dari pemulung misalnya, sebelum pelan-pelan merangkak menjadi juragan
barang bekas.
Dan kisah orang sukses lulusan
SMP banyak bermula dari jalur marginal seperti itu : mulai dari jualan
gerobak bakso keliling di jalanan yang berdebu hingga punya 70 cabang.
Mulai dari kuli keceh sablon hingga punya pabrik kaos sendiri.
Lulusan
S2 dan S2 mungkin tidak punya keberanian seperti itu. Lhah saya kan
lulusan S2, masak suruh dorong gerobak soto lamongan. Lhah, masak saya
harus keliling kepasar-pasar
jualan kaos, kan saya sudah sekolah S1 susah-susah,bayarnya mahal lagi. Apa kata dunia?? (Dunia ndasmu le).
Dan
persis mentalitas gengsi seperti itu yang barangkali membuat banyak
lulusan S1 dan S2 menjadi yah, gitu-gitu deh nasib hidupnya.
Orang
lulusan SMP tidak punya mentalitas gengsi seperti itu. Mereka mau
berkeringat di jalanan yang panas dan berdebu, demi merintis impiannya
menjadi juragan yang makmur dan kaya.
Faktor # 3 : The Magic of Street Smart.
Orang-orang
lulusan SMP yang tak punya kemewahan berupa ijasah perguruan tinggi
itu, mungkin dipaksa belajar dari kerasnya kehidupan di jalanan. Dari
kerja keras mereka di jalanan yang panas dan berdebu dan penuh lika
liku. Dan dari kerja keras di jalanan yang berdebu itu mungkin anak
lulusan SMP tadi justru bisa mengenal “ilmu street smart” – KECERDASAN
JALANAN yang tak akan pernah bisa diperoleh oleh para lulusan S1 dan
bahkan S2 dari ruang kuliah yang acap “berjarak dengan realitas”.
Street
smart yang mereka dapatkan dari jalanan itu pelanpelan kemudian bisa
membuat mereka benar-benar lebih cerdas dibanding lulusan S1 dan bahkan
S1; meski Cuma lulusan SMP.
Anak lulusan SMP
yang langsung berjualan gerobak soto Lamongan mungkin bisa lebih cerdas
tentang “ilmu pemasaran dan manajemen pelayanan pelanggan” dibanding
anak-anak lulusan S1 yang sok belajar teori tentang customer service
atau branding strategy (sic!).
Street smart barangkali yang ikut menjelmakan orangorang lulusan SMP untuk merajut jalan hidup sukses yang penuh kemakmuran.
Demikianlah,
tiga elemen kunci yang boleh jadi merupakan pemicu kenapa lulusan SMP
bisa lebih sukses dibanding lulusan S1 dan S2 :
The Power of kepepet,
The Darkness of gengsi dan
The Magic of street smart.
Redefine your future life. Renovate your future destiny.
Selamat Pagi.
Selamat Beraktivitas.
Semoga Segala Aktivitas kita hari ini bernilai ibadah disisi Nya. Amiiiin.
Writer :
- dwiprahoroirianto
- dwiprahoroirianto
Source :
- http://strategimanajemen.net/2014/05/05/kenapa-lulusan-smp-bisa-lebih-kaya-dan-lebih-makmur-dibanding-lulusan-s1-dan-s2/
Contributor :
- Dibud Dewandono
1 comments:
nice sharing.. its very inspiring..
thank you
Post a Comment